Do'a tak terucap

Ibuku selalu menangis setiap aku mengalami masalah. Saat aku tak bisa bertatap muka. Sesekalih hanya menberi kabar lewat pesan tulis maupun suara. Dari sudut kota ini ku bayangkan hadirmu ibu. Bersama dengan do’a dan tetesan air mataku. Memang tetesan air mata ini tak mampu mengobati rasa rindu yang terus membelengu. Ibuku yang jauh di sana ku harap do’a dan restu mu selalu menyertaiku. Supaya anakmu ini selalu dalam lindungan dan rahmad-Nya. Dilancarkan segala urusan dan mampu menyelesaikannya.Ibu menuruti keinginanmu mungkin sudah menjadi garis kehidupanku. Aku rela memendam keinginanku demi membuat mu terus tersenyum. Ibu, Ayah aku bangga memiliki orang tua seperti kalian. Engkau berjuang mati-matian demi memenuhi kebutuhanku. Membiayai kuliahku yang luar biasa besarnya. Aku sendiri tak yakin dengan keadaan ini. Aku pernah berfikir memutuskan kuliah adalah hal konyol yang pernah aku lakukan selama hidup ini. Tapi entah kenapa pikiranku seiring berjalannya waktu selalu berubah-ubah. Mungkin ini adalah hawa dari do’a yang Ayah, Ibu kirimkan. Meski tak terucapkan namun terdengar Sang pemilik kehidupan. Aku berharap suatu hari nanti kebersamaan itu akan terulang kembali. Surabaya 23 November 2015 Suwiknyo Hadi S

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1